Altar rapuh dengan permadani
jingga.
Aku berbaring kosong tak berjiwa.
Melayang-layang tanpa tujuan.
Menerawang menembus mega.
Hitam dan putih di antara kuasa.
Dipenuhi kebimbangan dan
kekhawatiran.
Akan dicabutnya segala
bintang-bintang.
Hitam mendesak membawa raga.
Bertamengkan seutas tali.
Namun putih terus membayangi.
Dengan benteng dosa-dosa.
Tidak akan ada rela.
Bintang-bintangku terbang tinggi.
Kupandangi hitam makin gelap.
Kulirik putih bertambah terang.
Kuinginkan sedikit kegelapan.
Ditemani pula secercah cahaya.
Hatiku kini remang-remang.
Tanpa kepastian apalagi keputusan.
Ku terus hidup di antara ‘Dua’
warna.
Hitam dan putih.
Membayangiku ke manapun jiwaku
pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar