Minggu, 13 November 2011

PEMULUNG JADI PRESIDEN

oleh Bisma Yadhi Putra
Sumber gambar : victakizawa.wrdpress.comHARI ini aku belum makan, Soalnya tidak ada orang yang buang sampah. Jadi aku tidak punya sampah dari hasil memulung yang bisa aku jual untuk membeli makanan. Aku lapar tanpa sampah. Tak ada pekerjaan lain bagiku. Aku tak ingin mencopet, mencuri, mengutil, mengemis, atau cari uang haram. Walaupun aku pemulung yang selalu bergelut dengan sampah-sampah yang kotor, tapi hatiku bersih karena imanku pada Allah. Perkenalkan, aku adalah si pemilah sampah. 

Sebenarnya, kalau boleh jujur, aku ini menjadi pemilah sampah karena menjadi korban dari kebijakan sampah yang dibuat pemerintah. Para sampah yang sedang duduk rapat di gedung yang tinggi itulah yang membuat aku begini. Aku tak menyalahkan sampah, tapi yang aku kutuk adalah para bedebah berhati sampah yang membuat kebijakan. Pemulung sepertiku, semakin hari semakin berkurang. Tapi bukan karena pemerintah berhasil menciptakan lapangan kerja, melainkan satu persatu dari kami mati kelapan. Maka wajar saja bila suatu saat angka kemiskinan di negeri ini menjadi 0% karena orang miskin dan pemulung sudah pada mati semua.


Sampah yang paling kami idam-idamkan adalah sampah yang dibuang oleh wakil rakyat. Padahal sampah yang mereka buang tak ada bedanya dengan sampah-sampah yang dibuang oleh orang lain. Ini karena kami sangat menyukai sampah yang berbekas sidik jari orang yang sangat kami hormati. Kami tidak mendewakan mereka, hanya menghormati.
Jadi, kalau semua wakil rakyat sedang studi banding ke luar negeri, maka sudah barang tentu kami tidak akan menemui sampah yang mereka buang. Mereka pasti akan membuang sampah di luar negeri. Beruntung sekali para pemulung di luar negeri sana, pasti mereka dapat lebih banyak sampah yang bisa dijual. Kalau sudah begitu, uang yang didapat dari hasil menjual sampah juga lebih banyak. Tapi sepengetahuanku, para wakil rakyat biasanya melakukan studi banding ke negara-negara maju. Lalu apakah di sana juga ada pemulung seperti aku? Kalau ada, mungkin kami bisa saling kenal dan membentuk asosiasi pemulung sedunia.
sumber gambar : inter-kultur.blogspot.com
Kata orang jepang, ikan itu mulai busuk dari kepalanya. Kalau kepala negara sudah busuk, maka oragan-organ lain dari negara juga akan ikut busuk. Contohnya ya di negeri ini, pejabat busuk yang kaya akan semakin busuk dengan kekayaannya. Kami yang tinggal di pemukiman kumuh berbau busuk juga semakin keroncongan dan tidak pernah kehilangan selera makan walaupun setiap hari mencium bau busuk.

Dulu aku ini adalah seorang penjual Batik. Kemudian, suatu hari pemerintah mengeluarkan kebijakan melakukan perdagangan bebas antara Cina dan negara-negara ASEAN yang kita kenal dengan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Kebijakan tersebut menjadikan produk-produk Cina yang masuk ke Indonesia tidak dipungut pajak. Akibatnya, produk Cina yang dijual di pasar dalam negeri menjadi lebih murah. Jadi, sudah barang tentu orang-orang lebih suka beli produk Cina karena murah dan dagangan orang dalam negeri menjadi tak laku. Akhirnya aku pun gulung tikar. Jadi, presiden kita, adalah orang goblok bukan orang pintar. Niatnya ingin memajukan industri dalam negeri malah bunuh diri dengan melakukan perdagangan bebas. Bukan hanya itu, masih banyak kebijakan-kebijakan lainnya yang membuat kami semakin terpuruk.

Setiap hari aku mendapati botol susu, tapi tak sekalipun aku pernah minum susu. Hanya dapat botolnya. Demikian pula dengan kotak Pizza, aku cuma bisa pegang kotaknya. Jangankan makan Pizza, menyentuhnya pun aku belum pernah. Pernah suatu hari aku merasa bahagia karena diizinkan Tuhan untuk bisa mencium aromanya. Waktu itu aku sedang memulung sampah di sebuah toko yang menjual Pizza. Lalu seorang pelayan toko tersebut melempar sepotong Pizza ke luar dan jatuh tepat di samping tong sampah. Sejenak aku tertegun, aromanya menggoda. Lalu tanganku perlahan-lahan mencoba menyentuh Pizza tersebut sambil menghirup aromanya. Ketika hanya beberapa centimeter lagi tanganku menyentuh Pizza tersebut, si pelayan toko membentakku: “Hey kamu, Pizza itu untuk Anjing peliharaan pemilik toko ini. Kalau kamu ambil nanti kamu dilaporkan ke Polisi karena mencuri. Pergi!!!”.

Di negeri ini, pencuri Ayam, pencuri biji Kakao, pencuri Sandal, dan pencuri kecil lainnya, akan dengan mudah dihukum. Sementara pencuri-pencuri kelas kakap yang merampok uang negara, belum tentu dihukum. Kalaupun kena hukuman, paling-paling hukumannya ringan-ringan saja. Bahkan dapat fasilitas mewah di penjara. Ini tidak adil. Tapi maklum saja, kita hidup di negara yang dipimpin seorang mafia.

Orang yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Orang kaya kerap tidak punya malu. Suatu hari, aku memulung sampah di SPBU. Di tempat parkir SPBU tersebut ada sebuah spanduk bertuliskan “Premium adalah jenis BBM bersubsidi. Hanya untuk golongan tidak mampu. Terima-kasih sudah menggunakan BBM non-subsidi”. Tapi yang aku lihat, banyak juga orang kaya yang naik mobil bagus beli Premium. Itu orang yang yang kurang mampu mengendalikan rasa malu atau bahkan tidak punya malu.

Aku pernah berpikir untuk mendirikan sebuah partai politik bersama teman-temanku. Mungkin akan kami beri nama Partai Pemulung Indonesia atau Partai Busung Lapar. Tapi aku pesimis kalau masyarakat akan mendukung. Itu karena kami tidak punya banyak duit, masyarakat kan suka memilih partai yang rajin membagi kain sarung, beras, sirup dan sebagainya. Masyarakat suka pilih partai besar dan mengacuhkan partai-partai kecil walaupun mereka lah yang benar-benar berjiwa ingin mensejahterakan masyarakat.

Pernahkan kalian berfikir negeri ini dipimpin oleh seorang pemulung? Memang kami ini tidak berpendidikan tinggi, tapi hati kami tak seperti hati sampah para orang-orang yang berpendidikan tinggi tapi memanfaatkan kepintarannya untuk membohongi dan menguras uang rakyat. Tapi ada sebagian pejabat tolol yang mempropagandakan : “Kalau anda hendak jadi pemimpin, maka anda harus punya banyak uang. Kalau tak punya uang banyak lebih baik tidak menjadi pemimpin karena orang yang tidak punya uang yang menjadi pemimpin berpeluang untuk melakukan korupsi agar dia tak lagi miskin. Sebaliknya, orang kaya yang menjadi pemimpin, kecil kemungkinan dia akan korupsi karena uangnya sudah banyak”.

Itu adalah bualan murahan. Yang selama ini kita lihat adalah justru yang kaya yang rakus menggerogoti uang rakyat. Yang miskin dan berhati baik disingkirkan agar lidah-lidah politisi yang kaya raya bisa leluasa menjilat hak-hak kita. Mereka memang rakus, tapi bagaimana pun juga mereka itu pejabat di negeri kalian yang harus kalian hormati, kalian cium tangannya, kalian puji dan kalian sanjung. Sukakah kalian dengan politisi atau pemimpin berhati sampah seperti itu? Kalau tidak, biarkan kami para pemilah sampah menjadi presiden. Kami tidak mau berjanji, tapi kami berkomitmen mensejahterakan rakyat dan membuang pejabat sampah pada tempatnya.

sumber gambar : oryandriana.wordpress.com
sumber gambar : dika-ngkong.blogspot.com
sumber gambar : www.vhrmedia.com



















Add caption

http://www.facebook.com/notes/pemulung-jadi-presiden2




Tidak ada komentar:

Posting Komentar