Akhir-akhir ini isu youth (orang muda) sering jadi perbincangan panjang pada lembaga-lembaga multinasional. Tren kepemimpinan modern juga sudah mulai berkiblat pada kepemimpinan yang memberdayakan orang muda. Pergantian tongkat estafet dari yang tua kepada yang muda memang sudah jadi siklus yang wajar. Namun belakangan ini terjadi pergeseran signifikan mengenai cara pandang orang muda terhadap masalah-masalah sosial. Inilah yang membuat kita mesti berhenti sebentar untuk memberi perhatian kepada generasi muda kita.
Pergeseran cara pandang tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Penetrasi teknologi ini dengan segala turunannya berhasil membuyarkan tatanan masyarakat kita. Mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Kita bisa mengetahui detil agenda harian kawan kita di seberang lautan via media sosial. Dia lupa minum obat pun kita juga tahu. Tapi kita malah tidak tahu kalau tetangga satu kompleks meninggal dan sudah dua hari dikubur. Racun teknologi inilah yang membuat generasi muda kita menjadi generasi “autis”. Apalagi mereka memang terlahir untuk melek dan intim dengan teknologi.