Jumat, 13 April 2012

Rakyat Berhemat, Pejabat Mengkorup!

Bahasa penghematan sebenarnya bukan bahasa yang tepat untuk ditujukan kepada rakyat yang sebenarnya masih banyak berada digaris atau bahkan dibawah garis kemiskinan. Demikian pula dengan anjuran pemerintah untuk hidup hemat tidaklah tepat bila dialamatkan untuk rakyat yang berada dibawah dan di garis kemiskinan.

Jauh sebelum krisis ekonomi, rakyat sudah terbiasa untuk mengencangkan ikatan dipinggangnya meski hanya dengan seutas tali rafia. Artinya rakyat sudah terbiasa berlapar-lapar ditengah-tengah lumbung padi dan swasembada pangan negeri ini.

Ajakan untuk berhemat memang sebuah anjuran yang baik dan perlu dilakukan untuk menumbuhkan simpati dan empati kepada mereka yang kekurangan. Tujuan penghematan pun jelas untuk kebaikan pihak-pihak yang melakukan penghematan. Tetapi pihak yang tepat untuk diajak untuk berhemat bukanlah mereka rakyat miskin dan  bahkan untuk makan saja hanya sekali dalam sehari dengan lauk pauk seadanya.

Ajakan dan anjuran untuk berhemat lebih tepat ditujukan bagi masyarakat kelas menengah keatas dan juga para pejabat pemerintah itu sendiri. Bagi pejabat pemerintah langkah awal untuk menunjukkan keseriusan melakukan penghematan bisa dimulai dengan pemotongan gaji. Penghematan yang dilakukan oleh pemerintah, selain dari pemotongan gaji pejabat dan pegawai tentu harus menyehatkan APBN agar lebih efektif dan tepat sasaran dan jauh dari praktek-praktek penyalahgunaan anggaran.

Kejahatan terhadap bangsa ini adalah tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dengan melibatkan wakil rakyat baik dipusat maupun di daerah.  Sehingga seruan untuk berhemat hanya akan menjadi sebuah seruan yang tak bermakna, apalagi akan diamini oleh pihak-pihak yang diserukan. Karena disatu sisi seruan digaungkan sementara disisi yang lain praktek penghamburan dana negara untuk kepentingan pribadi dan kelompok terus terjadi.

Tindak pidana korupsi yang tidak jelas dan makin menjadi jelas sebuah tamparan keras terhadap seruan penghematan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Soal penghematan ini sudah berulang kali diserukan pemerintah dan kita sudah  bisa kita prediksi bahwa hal tersebut  tidak berjalan. Hal tersebut lebih disebabkan tidak adanya panutan yang bisa dicontoh, pemerintah sebagai penyeru tidak berbenah diri menjadi lebih baik.

Seruan penghematan terjadi sebenarnya bukan karena negeri ini kondisi perekonomiannya terpuruk, melainkan karena tidak meratanya pembangun dan berimbas kepada minimnya pendapatan yang dimiliki oleh sebagian besar rakyat kita. Sementara disisi yang lain gaya hidup hedonis oleh pejabat dan wakil rakyat telah menumpulkan simpati dan empati yang tulus.

Oleh karena itu seruan penghematan tidak akan berarti banyak bagi negeri ini, jika tidak diletakkan kepada semangat untuk menghadirkan clean and good government dan tertib sipil. Artinya tanpa perbaikan struktural (birokrasi, struktur politik) dan kultural (masyarakat/rakyat) seruan penghematan tidak akan pernah diindahkan.

Seruan penghematan hanyalah sebuah kamuflase dari ketidak-mampuan penyelenggara negeri ini untuk memakmurkan rakyatnya dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar