Jumat, 13 April 2012

Aburizal Bakrie, Konglomerat itu Kini “Jualan Tas “

Berikut daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Forbes Rabu (23/11/2011) waktu setempat:
 
1. R Budi dan Michael Hartono (14 miliar dollar AS)
2. Susilo Wonowidjojo (10 miliar dollar AS)
3. Eka Tjipta Widjaja (8 miliar dollar AS)
30. Aburizal Bakrie (890 juta dollar AS)
(kompas.com, 24 Nopember 2011)

Yth. Bpk. Aburizal Bakrie
Anggap saja data yang disampaikan oleh Forbes itu benar, bahwa Bapak memiliki kekayaan sebesar US$ 890.000.000,- (delapan ratus sembilan puluh juta dollar) ini berarti kekayaan yang dimilik Bapak setara dengan 8,1 triliun rupiah.  Dengan kekayaan segunung itu semestinya Bapak bisa berbuat banyak untuk negeri ini. Tentu saja tak harus semua, cukup Bapak “mendermakan” 1 % dari total kekayaan Bapak. Itu sudah merupakan angka yang cukup besar,  80 milyar rupiah. Tetapi kenapa Bapak harus merendahkan diri, jualan tas, hanya demi menaikan elektabilitas Bapak demi pilpres 2014. Apa tidak ada cara lain yang lebih elegan dan tidak men-degradasi-kan martabat, harga diri  Bapak sebagai orang kuaya raya, ketua umum sebuah partai besar, dan calon presiden (walaupun kata pak Taufiek Kiemas umur Bapak ketuaan untuk capres)
1334022976650029781
Ical 

Pak ARB (saya ingat Bapak tak mau “dipanggil” Ical karena bermakna HILANG dalam bahasanya pak SBY, maksud saya dalam  bahasa Jawa). Bukan persoalan bahwa orang kuaya raya seperti Bapak nggak boleh “jualan tas”, tentu saja jualan tas dihalalkan. Banyak juga saudara kita PKL yang menggantungkan hidupnya dari jualan tas, begitu pula para juragan kios yang di Tanah Abang dan ITC se Jakarta. Bapak bukan bermaksud menyaingi mereka kan ? Bapak sudah cukuplah jualan pipa, pulsa, properti, batu bara, sawit dan lain sebagainya. Yang dilarang adalah Bapak menjual “martabat” Bapak  hanya demi sejumput kekuasaan, walaupun nggak dibawa mati tapi menjadi buruan hampir semua orang.
Pak ARB, saya tidak tahu apakah ide “jualan tas” datang dari Bapak sendiri, atau hasil pemikiran “brilian” dari anak buah Bapak yang bertujuan demi ABS (Aburizal Bakrie (pasti) Senang). Tetapi jika melihat surat resmi Golkar yang diedarkan tentu saja ide “jualan tas” telah dipikirkan masak-masak. Yang nggak kepikiran kenapa harus “dibongkar” dan dipublikasikan. Idenya memang cemerlang harga tas Rp. 10 juta yang berisi 1000 lembar tas bergambar ARB. Kemudian si pembeli, semua anggota Fraksi Golkar yang berjumlah  106 orang  harus membeli, kemudian seribu tas bergambar ARB harus di-isi sembako yang bisa dijual dengan harga murah atau mungkin dibagikan kepada konstituen dan masyarakat sekitar dimana dapil anggota fraksi itu berasal .

13340322941971338441
Perintah Jualan Tas (bacadulu.com)

Pak ARB, untuk menaikan elektabilitas memang bisa bermacam cara, “jualan tas” hanya salah satu trik yang sedang dipraktekan. Memang terlalu berat beban Bapak untuk dapat mengatrol elektabilitas, karena persoalan “dosa” lumpur Lapindo, dan lumpur itu tak bisa diabaikan. Apalagi kini muncul rumor bahwa persetujuan Golkar dengan opsi pemerintah SBY dalam isu kenaikan harga BBM merupakan  ”barter” dengan ganti rugi korban lumpur Lapindo yang ditanggung oleh pemerintah.

Sebagai informasi, berdasarkan Pasal 18c UU APBN-P 2012, ada penaikan anggaran untuk Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS/lembaga pemerintah yang menangani lumpur Lapindo) dari Rp1,3 triliun di APBN 2012 menjadi Rp1,6 triliun di APBN-P 2012. Perubahan itu memunculkan kecurigaan, yaitu adanya dugaan barter pasal dengan sikap Partai Golkar terhadap usulan pemerintah soal penaikan harga BBM bersubsidi (mediaindonesia.com, 09 April 2012)

Makin berat saja elektabilitas itu bisa naik, apalagi pak JK dikabarkan ikut juga meramaikan capres yang bakal diusung Golkar, dikarenakan elektabilitas JK ternyata masih lebih okey dibandingkan dengan elektabilitas Bapak.
Pak ARB, saya setuju dengan pernyataan Ketua MPR, Taufik Kiemas, bahwa Bapak ketuaan untuk “nypares” di 2014. Walaupun kata-kata pak Kiemas bisa saja untuk memudahkan istrinya nyapres lagi di 2014.  Supaya nggak ada saingan berat. Apa tidak sebaiknya Bapak menjadi semacam  king maker untuk pencalonan presiden 2014 nanti, dan saya yakin tenaga muda Golkar  untuk  calon presiden cukup banyak dan punya potensi. Namun semua terpulang kepada ambisi Bapak dan juga partai Golkar. Saya sebagai penonton “opera politik” negeri ini, cukup memahami keinginan nyapres itu, Bapak sudah pernah jadi Presiden Direktur, Bapak pernah jadi “Presiden” Kadin, Bapak pernah menjabat menteri dan menko, Bapak juga sampai saat ini masih menjadi “Presiden” Partai Golkar. Yang belum adalah Presiden RI !  Bukan begitu pak Ical eh ARB ?

Jakarta, 10 April 2012


by : Ismail Solichin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar