Jumat, 13 April 2012

Agama dan Ketertindasan

Adriansa Manu,

Apakah hubungan agama dan ketertindasan ? Dalam agama, penindasan terhadap sesama manusia sangat dilarang, Agama adalah jalan menuju surgawi, sementara penindasan merupakan perbuatan menindas sesama dalam kehidupan manusia sehingga penindasan adalah yang paling tidak diharapkan seseorang. Agama diberikan oleh sosok ilahi kepada manusia.
 
Ketertindasan yang saya maksudkan di sini adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh struktur kapitalisme dalam kehidupan sosial.
Struktur kapitalis yang menyebabkan ketertindasan, dalam hal ini Marxime merupakan perspektif utama yang menjadi garda terdepan dalam mengkritisi kapitalisme meskipun dalam bentuk yang sangat variatif. Karl Marx mempelopori studi kritis tentang cacat dalam sistem kapitalisme dalam buku Das Kapital yang terbit dalam tiga jilid. Kapitalisme menurutnya merupakan perkembangan dari sejarah penindasan dan ketidakadilan yang sudah ada sebelumnya Kapitalisme memberikan bentuk yang lebih halus dan sistematis bentuk-bentuk penindasan yang berbeda dari mode produksi (mode of production) sebulumnya yaitu feodalisme.


Marx menganalisis ketidak adilan kapitalisme dengan menperhatikan cara kerja internal sistem tersebut, ia memulai dengan mengalalisis tentang komoditi yang menurutnya sangat mendasar untuk membongkar penindasan terselubung dalam sistem tersebut.
 
Komoditi menurutnya memiliki dua nilai yaitu nilai guna (use value) dan  nilai tukar (exchange value). Dalam nilai tukar tersebutlah Marx ingin menunjukkan ketikadilan kapitalisme. Nilai tukar ini diciptakan dengan mengeksploitasi buruh sebagai titik terlamah dalam struktur kapitalisme. Kelas pekerja tidak memiliki alat produksi melainkan tenaganya untuk dijual kepada para pemodal. Para pemodal meraih keuntungan bukan dari penjualan produk yang mereka hasilkan, tetapi dari hasil manipulasi waktu yang dibutuhkan seorang pekerja untuk menghasilkan suatu produk. Teori nilai lebih (theory of surplus value) terutama berbicara tentang pencurian melalui manipulasi waktu ini. Dari kritiknya tersebut kemudian Marx menunjukkan kontradiksi internal dalam kapitalisme yang akan menghancurkan sistem itu sendiri.

Bagaimana menguhubungkan ketertindasan dengan agama? Dalam kehidupan sosial, agama menjadi kepercayaan yang kemudian mengantar manusia dalam kehidupan mistiknya menghadap sang Ilahi, saja agama adalah sebuah falsafah idealisme yang mengajarkan manusia untuk mencari sosok sang Ilahi sebagai pencipta alam semesta dan pemberi hidup. Bila manusia yakin akan keberadaannya dan selalu menjalankan ajaran-ajaran agamanya maka ia akan mendapatkan kekelan? dalam kehidupannya kemudian setelah ketiadaannya dalam kehidupan nyata.

Agama juga selalu mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan memperluas wilayahnya akan kehidupan manusia, sehingga agama sangat berpengaruh, keberadaannya sangat penting bagi kehidupan manusia. Seorang manusia tidak dapat dikatakan seorang yang beragama apabila ia tidak memilih salah satu di antara agama yang telah dirumuskan sedemikian rupah dan telah diakui oleh dunia. Di indonesia sendiri ada 6 agama utama yang diakui secara resmi oleh pemerintah indonesia, yakni; Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Masing-masing diantaranya mempunyai ciri khas yang berbeda namun juga ada kesamaan.
Manusia memuji dan menerima segala sesuatu dari Tuhan kepadanya, dari suatu kesalahan yang telah diperbuatnya dan mendapatkan hukuman berupa kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan, karma, kutukan) sehingga manusia hanya beranggapan bahwa itu merupakan ganjaran yang diberikan oleh Tuhan ataupun juga sebagai suatu cobaan kepada umatnya. Ia memaksakan menyerahkan diri di hadapan Tuhan yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi.

Namun yang menjadi pokok penting dalam tulisan sederhana ini bahwa agama telah banyak menyumbangkan fantasi-fantasi dan menutup kebenaran, Agama telah berkontribusi memberikan penghiburan, sama seperti seseorang yang fisiknya sedang cedera tengah menerima bantuan dari obat-obatan pereda sakit. Masalahnya, obat-obatan pereda sakit tidak mampu menyembuhkan. Demikian pula agama, tidak mampu memperbaiki penyebab rasa sakit dan penderitaan rakyat. Agama malah membantu mereka untuk melupakan mengapa mereka menderita, dan mengajak mereka untuk melihat kehidupan masa depan yang imajiner.

Sebelumnya Marx telah banyak mengkritik agama, secara tegas terlihat, ketika dia menyatakan; “Penderitaan religius, pada saat yang bersamaan, adalah ekspresi dari penderitaan riil dan protes terhadap penderitaan riil tersebut. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jantung-hati dari dunia yang tak berperasaan, dan jiwa dari situasi yang tak berjiwa. (militanindonesia.org).

Apa yang dikemukakan Marx tentunya mengundang reaksi, sehingga banyak orang mengatakan bahwa ajaran-ajaran marx merupakan ajaran atheis, orang-orang yang tidak beragama, tidak percaya terhadap keberadaan Tuhan dan sangat dilarang, Di indonesia sendiri aliran-aliran kiri sangat tidak dibenarkan, namun tulisan sederhana ini tidak akan mengupas lebih jauh tentang pertentangan kiri dan kanan tapi akan lebih konsen terdap hubungan agama dengan ketertindasan.
 
Seperti penjelasan di atas bahwa agama selalu menutup-nutupi kebenaran atas apa yang dialami rakyat tertindas, dirasakan oleh manusia dalam kehidupan sosialnya, banyak manusia kemudian tidak mengetahui akar atau penyebab ketertindasan. Ketertindasan juga erat sekali kaitannya dengan kemiskinan, Kontribusi agama dalam zaman kapitalisme dewasa ini sangat-sangat berpengaruh di mana manusia seringkali dikelabui dengan hal-hal mistik bahwa penindasan dalam kehidupan nyata akan mendapat hukuman setimpal dalam kehidupan sesudah kematian.  Agama berhasil mensiasati dan menjanjikan hal-hal yang tidak tampak fatalnya agama selalu menciptakan fantasi-fantasi bagi kaum tertindas, sehingga yakin bahwa kehidupan nyata atas ketertindasan akan di balas di kehidupan berikutnya. Bagi kaum miskin tidak mampu mendapatkan kebahagiaan ekonomi, memberikan peluang bagi agama untuk mengatakan bahwa akan menemukan kebahagiaan sejati di kehidupan setelah mati.

Saya bukan bermaksud ingin menghujat agama, namun saya tidak mengerti dengan penjesan-penjalasan yang tidak ilmiah. Masalahnya, kenapa kita harus diyakinkan akan sesuatu yang belum tentu benar. Yang saya maksud adalah adakah kehidupan setelah mati yang mungkin saja memberikan kehidupan yang sejahtera bagi orang-orang tertindas, miskin dan sengsara. Saya yakin semua orang tidak menginginkan kematian, karena belum ada manusia yang bangkit dari liang kuburnya menyampaikan bahwa kematian itu adalah indah.

Agama telah membatasi kesadaran manusia, menahan potensi besar dalam diri manusia untuk memahami realitas hidup yang sesungguhnya. Dalam kehidupan praksis, manusia sebagai makluk sempurna dimana kehidupan manusia berbeda dari kehidupan makluk-makluk lain, manusia berakal dan fungsi otak manusia adalah berfikir sehingga manusia dalam merespon kehidupannya harus dengan proses-proses kerja untuk mendapatkan makanannya, hasil dari kerja kemudian tidaklah langsung dapat dimakan tapi juga melalui tahap-tahap penciptaan makanan.
 
Dalam tulisan-tulisan Marx juga banyak menjelaskan tentang adanya  alienasi yang merupakan keterasingan dari hasil pekerjaan. Apakah yang dimaksud dengan  keterasingan dari hasil pekerjaan? Kerja telah menjadi sesuatu yang ada diluar keinginan oleh pekerja. Merasa tidak menyatu dengan pekerjaannya. Pekerja merasa menderita ketimbang sejahtera. Ia merasa tidak bebas mengembangkan (profesi dan kreatifitas) sinergi fisik dan mentalnya, tetapi malah lelah secara fisik dan direndahkan secara mental oleh pekerjaannya. Pekerja merasa dirinya bisa berada di rumah hanya saat waktu senggang, sedangkan saat di tempat kerja ia merasa tunawisma. (orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jambatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stesyen kereta api dll). (Wikipedia). Karakter dari kerja ini secara vulgar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa pekerja tidak bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi bekerja untuk orang lain, bahwa hasil kerjanya tidak menjadi miliknya, tetapi milik orang lain
Mengenai keterasingan diri, agama, menurut Marx, merupakan penenang saraf sesaat bagi rakyat tertindas; untuk mengalihkan rasa sakit ketika mendapati dirinya dieksploitasi, direndahkan dan tidak memiliki apa-apa. Akhirnya, agama menjadi jalan pintas yang tepat untuk bersembunyi dari kekalahan; sebuah bentuk pelarian sesaat dari kepenatan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar