Sabtu, 17 September 2011

Sahabat Dan Cinta Jadi Satu



Namaku Jelita Maharani, panggilannya Jelita.Aku adalah anak tunggal dari pasangan Agung Hutama dan Listiana. Sekarang aku duduk di bangku SMP tepatnya kelas VII. Aku mempunyai banyak sahabat, mereka adalah Adel, Chika, Keyla, Satria dan juga Nafi'. Mereka selalu ada disampingku, disaat aku sedih maupun senang mereka selalu ada untukku, menghiburku. Aku merasa beruntung sekali memiliki sahabat - sahabat seperti mereka. Baik,setia kawan,dan juga gokil.  Senang sedih selalu kita lalui bersama. 
 
   Awalnya aku merasa biasa saja dekat dengan Satria,hanyalah sebagai sahabat, tidak ada perasaan lain. Tetapi aku merasa ada perasaan lain yang tumbuh di hatiku. Bukan sekedar sahabat, ada rasa yang ingin memilikinya. Apakah aku suka sama Satria ? ahh...rasanya tidak mungkin, aku tidak boleh suka sama Satria, sahabat aku sendiri. Aku harus bisa melupakan perasaan ini, harus, sebelum yang lainnya tau.          

   Semakin lama rasa ini semakin kuat, apa yang harus aku perbuat ?. Apakah aku harus nyatakan perasaanku ini. Saat kulihat Satria bersama dengan Chika, hatiku sakit, sakit sekali, air mata telah membasahi pipiku. Tiba-tiba Nafi'  datang  menghampiriku dan bertanya 'kamu menangis Jelita ? ''ahh...enggak, perasaan kamu aja kalik. Tadi aku kelilipan 'Sanggahku. Maaf ya Naf, bukan maksudku untuk membohongi kamu, maaf !!! Seandainya kamu tahu perasaanku sama Satria, mungkin aku akan nangis sejadi-jadinya didepanmu. Tapi aku gak mungkin ngomong yang sebenarnya sama kamu. Biarlah perasaan ini kupendam dalam-dalam. Aku tetap menganggap Satria hanya sebagai sahabat tidak lebih, meski hatiku berkata lain. Aku berusaha melupakan Satria, aku harus bisa, aku akan mencoba.

         Krasakan hadirmu di setiap langkahku. Tak kubiarkan rasa ini selalu meracuniku. Harum tubuhmu selau mengingatkanku akan sosokmu. Kau acuhkanku setiap pagi. Kau tak pernah pedulikanku saat aku hadir di depanmu. Dan ku yakin satu hal, kau pun tak pernah memikirkanku. Tak ada gunanya aku terus mengharap kehadiranmu dalam hidupku.
            Aku bukanlah siapa-siapa bagimu. Aku hanya perempuan biasa yang tak sengaja menyukaimu hingga hari ini. Kamu pikir aku senang, bahagia? Tidak. Justru terkadang aku menangis. Cemburu. Bukan karena kau telah memiliki pendamping atau wanita terhebat yang pernah kau temui. Tapi cemburu karena kau hanya menganggap aku teman. Memang kau tak salah, namun aku terlanjur terluka, aku terlanjur tersakiti dengan segala ketidakpedulianmu padaku. Biarlah aku sakit, daripada melihatmu tak bahagia dan bimbang akan perasaanmu. Biarlah aku yang sakit daripada kau menyakiti orang yang kau sayang dan cintai.
            Andai kau tau. Kau dengar bisikku. Nyanyian sumbang dari melodi yang bergetar nyata yang menjadi saksi saat tulisan tangan ini tak pernah berhenti menuliskan setiap kata tentangnya. Andai kau mengerti, bahwa seorang perempuan yang tidak sempurna dan hanya punya cinta untuk orang yang dia sayang. Hingga tahun berganti, ia tetap menunggu jawaban atas semua gelisah dan tanya dalam batin yang menderu. Tak pantaskah aku mendapat perhatian darimu?
             Mengingat kenangan saat kau mengantar aku hingga pintu pagar rumah. Seakan membuatku berpikir kau memang hanya ditakdirkan menjadi cameo dalam kisahku. Bukan tokoh utama apalagi tokoh idola. Kau hanya hadir sebentar lalu pergi begitu saja tanpa ucapan perpisahan.
Kau itu perlahan-lahan menghilang menghapus jejak kebersaaman kita dulu. Pergi... terbang jauh entah kemana. Tapi akan terpotret dalam bingkai kenangan yang indah, terpigura rapi dengan candaan dan tawa riang kita. Dan waktupun berbicara seolah perpisahan ini tetap termemory dalam kisahku. Kata demi kata terangkai menjadi suatu cerita dan kisah betapa ternyata beginilah namanya Cinta.
Cinta terlalu semprna untuk aku miliki. Dia terlalu angguh untuk aku dapatkan. Tapi cinta terlalu mudah untuk aku rasakan. Dia hadir begitu saja mengisi hatiku yang kosong. Perasaan yang tulus akan selalu menunggu hadirnya cinta sejati.
Terimakasih untuk kebahagiaan yang pernah kamu kasih yang membuat aku jatuh cinta denganmu. Sekuat apapun aku menyangkal, dan sesulit apapun aku akui, tapi perasaanku gini adanya.
            Potongan –potongan percakapan dalam Facebook seolah menegaskan bahwa tak ada hubungan apa-apa antara kita. Tak lebih hanya sekedar teman kelas, teman satu kelompok. Cukup. Hanya itu. Tidak lebih. Jujur aku katakan saat terindah dalam hidupku adalah saat aku mulai menyukaimu.
            Tanpa ku duga hari itu, kau ketahui semua. Semua seakan sudah jelas olehmu. Kau tau semua perasaanku. Kau tau semua rasa yang menyesakkan ini. Dan kau berkata “maaf aku telah banyak menyakitimu, semoga suatu saat nanti kau menemukan seseorang yang lebih baik dari aku.” Hingga tetes air mata membasahai pipiku. Beban yang aku pendam selama dua tahun seakan mencair mengiringi permintaan maafnya.
            Aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Meski kata tak terucap, cinta tak harus diucapkan lewat kata, tapi hati yang bicara. Andai kau tak pernah tau perasaanku, mungkin aku akan menyesal, tapi pada akhirnya kau pun tau. Tanpa ada kata yang terucap.
            Akankah kisahku akan berakhir seperti ini? Akankah takdir tak lagi mempertemukan kita meski dengan sosok yang berbeda? Dapatkah aku menjadi sosok bukan hanya sekedar teman tapi seseorang yang selalu tulus mendengar keluh kesahmu? Seseorang yang kau harapkan ucapan selamat saat usiamu bertambah? Seseorang yang istimewa dan dapat menjadi pendampingmu hingga tua nanti? Hanya Tuhan yang tau.
            Akhirnya aku paham jika kau memang bukan yang terbaik untukku. Tapi aku yakin dan percaya satu saat nanti datang seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku, menerima aku apa adanya.
By: Putri Adin Titis Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar