Rabu, 16 November 2011

KETIKA PEREMPUAN MENGEPALKAN TANGAN KIRINYA, ITU TANDA PERLAWANAN PALING MENAKUTKAN

Pedang akan lebih tegas tajamnya setelah mampu meneteskan darah dari permukaan kulit yang ia sayat. Darah itu, sebagai bukti yang bahwa pedang tak pasti tajam setelah diasah. Melawan logika? Apa kau yakin dia tajam  setelah diasah? Bagaimana bisa? Sedangkan kau belum melihatnya mencencang daging-daging Tirani di dapurmu. Mau mengandalkan logika untuk membantahnya? Silahkan. AUNG SAN SUU KYI, dia tajam, seorang wanita kurus, tapi militer Myanmar yang bersenjata, tinggi-tinggi, garang, dan beringas, harus membungkamnya didalam penjara karena takut tersayat oleh ketajamannya  --SUU KYI. Dia terbukti tajam karena berani melawan penindasan, Lalu bagaimana Pedang yang sudah kau asah selama 100 tahun? Tajamkah? Iya secara logika. Tapi tidak, ketika kau hanya menggenggamnya dan tidak menebas sesuatu. Untuk apa tajam kalau kemudian hanya disimpan dengan ‘beribu kunci’ didalam peti sementara banyak orang yang berharap bisa memegang pedang tersebut untuk membela kehidupannya, memajukan apa yang dilihatnya mundur, menumpas apa-apa saja yang menindas hak-hak nya. Pedang yang tajam itu mampu mengubah sejarah, mampu membawa perubahan yang lebih baik jika digunakan dengan niat yang baik pula. Kita hanyalah orang-orang yang sungguh ingin memegang pedang tersebut untuk melindungi sesama, dan semua orang yang berharap pedang itu bisa digenggam dan mau digenggam. Karena kita butuh pedang itu, karena pedang itu mampu, karena pedang itu menjadi harapan, dan karena pedang itu adalah awal dari dimulainya perlawanan bahwa kita tak selalu harus mendengar suara mayoritas. Dan pedang itu adalah : KEPALAN TINJU TANGAN KIRI PARA PEREMPUAN YANG DIANGKAT TINGGI-TINGGI SEBAGAI TANDA PERLAWANAN UNTUK PERUBAHAN.

Hei Para Dara Aceh, apakah kalian tidak iri dengan perlawanan Aung San Suu Kyi di balik Make-Up kalian? Apakah kalian pernah menjinjing semangat Cut Nyak Dhien di dalam Tas Kulit kalian? Beranikah kalian menunjukkan bahwa kalian tidak hanya pantas di ranah domestik tapi juga pantas di ranah publik? Kalian jangan jadi boneka yang –hanya di Kasur, Sumur, Dapur-  terus-terusan di Dalangi, tapi bangkitlah dari meja rias untuk menjadi Dalang perubahan.
Kefeminiman para kaum perempuan harus juga di sertai dengan sikap Tegar, Perkasa, dan ketegasan yang merupakan sel inti dari kekuasaan. Konstelasi kekuasaan akan lebih kuat jika perempuan ikut andil berperan didalamnya. Perempuan tidak harus selalu Pasrah, Patuh pada penindasan, Setia pada keterbataasan, manja pada materi, dan tidak tegas katika bersuara. Apakah untuk menjadi seperti itu harus menghilangkan keFeminiman? KALAIN TIDAK HARUS TERLIHAT SEPERTI LELAKI. Hakikat perempuan adalah lembut, kasih sayang, keibuan dan sebagainya yang menegaskan perilaku feminim.
Pada 1970-an, feminisme bergerak. Perempuan menghilangkan sifat feminim karena mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang kurang pantas. Saat itu perempuan mulai meniru dan menganut gaya memimpin kaum laki-laki dengan cara menghapus keFeminiman. Tapi percayalah, Pedang tak harus terbuat dari besi agar bisa menjadi Tajam. Tapi tetap perlu di asah dan di buktikan ketajamannya. Perempuan tidak harus menanggalkan keFeminiman dari dirinya agar terlihat mempunyai women power.  Karena dalam konsep feminisme, kekuasaan para perempuan adalah kekuasaan yang beralaskan kasih sayang dan dilimpahi dengan kemuliaan kelembutan hati dan watak.
Tanamkan semangat membela diri bila diserang, jangan hanya duduk menangis ketika di tampar kaum laki-laki. Lepaskan peluru Agresi kalian jika di Sakiti, jangan mau dijadikan alas kaki karena perilaku diskriminasi. Perempuan harus Progresif, jangan Cuma berdiri di situ-situ saja. Perempuan adalah pedang, ilmu duniawi dan ilmu agama adalah batu asah untuk mempertajam pedang tersebut agar digunakan untuk kebaikan, dan SUARA LANTANG PEREMPUAN MELAWAN KETERBATASAN ADALAH BUKTI KALAU PEDANG TERSEBUT BENAR-BENAR TAJAM SETELAH DIASAH.
Kaum perempuan di masa Rasulullah, digambarkan sebagai perempuan yang aktif, sopan dan terpelihara akhlaknya. Bahkan, dalam Al-Qur’an, sosok ideal seorang Muslimah dilambangkan sebagai pribadi yang memiliki kemandirian politik (QS. Al-mumtahamah, [60]:12).
Wahai dara Aceh, sudah saatnya kalian menghilangkan ketumpulan kalian dalam berjuang, juga jangan mau ketajaman kalian dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir orang licik. Tapi gunakanlah ketajaman kalian untuk menumbangkan tanaman parasit di kebun kebebasan kalian. Dan tolonglah juga mereka-mereka yang kebunnya di gerogoti hama Penindas dengan menggunakan ketajamanmu. Karena, kelak kebunmu dan kebun mereka, juga akan menentukan kemakmuran anakmu dan anak mereka yang akan hidup berdampingan di Masa Depan saat kau sudah menjadi sejarah, saat namamu akan mereka tulis di kertas yang mereka buat, saat ketajamanmu di jadikan pedoman bagi mereka di masa depan untuk ditiiru dan menjadi lebih tajam.
Saat kau menunjukkan ketajamanmu sekarang, percayalah,  pedang-pedang tumpul yang lain juga akan mengikuti alunan tebasan kasih sayangmu.
GENGGAM PEDANG ITU DENGAN SEMANGATMU.  TANGAN KANANMU BERGENGGAM ERAT DENGAN PEREMPUAN YANG LAINNYA. DAN KEPALKAN TANGAN KIRIMU, LALU ANGKATLAH TINGI-TINGGI. TANDA PERLAWANAN BARU SAJA DIMULAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar