Menuai badai merangkai pantai
Menimang batang menuang petang
Mengintai belukar layu terkulai
Memandang padang rumput terpajang
Dulu ia tak pandai
Dulu ia tak lihai
Dulu ia tak memikat
Dulu ia tak bersahabat
Hembusan angin menantang melambai
Putaran bola mengubah dunia
Hentakan bunyi merambah berdawai
Pusaran ombak menbentang asa
Kini ia berdendang bahana
Kini ia bersuara bersahaja
Kini ia memikul mulia
Kini ia menjinjing permata
Jarum-jarum berlomba berkejaran
Mengundang hasrat meyambut harapan
Warna-warni gejolak di angkasa
Berkumandang tak kenal hampa
Tunas-tunas muncul ke permukaan
Menghaturkan bahasa nan sopan
Titik-titik embun mengukir menawan
Melantunkan tembang laksana
pahlawan
Petang terganti malam menyapa
Pagi memanggil jutaan mata
Siang hendak menunjuk kuasa
Tanda hari terganti masa
Apa guna rupa elok?
Jalan lurus terkadang berbelok
Tiada guna pandai berkata
Kaleng rombeng menghentak
bunyinya
Kesempurnaan bukan milik manusia
Sejalan juga dengan keabadian
Kepandaian hanya pelengkap semata
Tiada abadi mampu bertahan
Percik air memecah bebatuan
Aus termakan usia tahunan
Takkan sanggup menahan keabadian
Takkan bisa menghindar
kematian
Kejayaan pasti akan usai
Pesta-pesta akan selesai
Awalnya bersorak-sorai
Akhirnya akan tercerai berai
Hentikan segala keangkuhan
Air dalam percikan
Api dalam panggangan
Saat-saat akan terlupakan
Takkan ada satu keabadian
Walau segenap harta himpunan
Walau seluruh darah bercucuran
Walau nyawa dalam taruhan
Lebih baik berpantang hidup
Hentikan jantung berdegup
Dari pada mati telungkup
Terkurung dalam ruang sayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar